ANALISIS YUK!
Sebagai generasi penerus bangsa, ada baiknya kita melatih pikiran kita untuk berpikir analitis sehingga kita dapat memecahkan masalah & membuat keputusan dengan lebih baik. Jadi di sini saya berinisiatif membuatkan thread khusus untuk menganalisis kepemimpinan tokoh-tokoh yang sudah sering kita pelajari dalam pelajaran sejarah. Selain itu, kita tentu akan menjadi seorang pemimpin kan, baik itu dalam lingkup yang terkecil seperti di lingkungan keluarga maupun di lingkup yang lebih luas lagi seperti pemimpin negara mungkin hehehe...
Jadi, dengan hasil analisis ini harapannya, kita bisa membantu diri kita sendiri dalam mengarahkan diri untuk menjadi pemimpin yang seperti apa ke depannya.
Langsung saja dimulai dari saya ya...
Tokoh yang akan saya analisis kepemimpinannya adalah "Genghis Khan"
Ini biografi singkatnya kalau mungkin ada yang belum tau tentang tokoh ini:
Genghis Khan yang dilahirkan dengan nama Temüjin (berarti "ironworker"), merupakan pendiri dari Khan (penguasa) dan Khagan (kaisar) dari Kekaisaran Mongol, yang menjadi salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah setelah kematiannya.
Dia menjadi berkuasa dengan menyatukan seluruh suku nomaden di Timur Laut Asia. Setelah mendirikan kekasiaran Mongol dan memperoleh sebutan "Genghis Khan", Dia memulai Invasi Mongol terhadap Kara-Khitan Khanate, Caucasus, Kekaisaran Khwarezmia, Dinasti Xia Barat dan Dinasti Jin. Pada akhir hidupnya, Kekaisaran Mongol menduduki sebagian besar Asia tengah dan Cina.
Sebelum Genghis Khan meninggal, dia memilih Ögedei Khan sebagai penerusnya dan membagi kerajaannya menjadi beberapa khanates (Khanates = daerah kekuasaan) diantara anak-anaknya dan cucu-cucunya. Dia meninggal pada 1227 setelah mengalahkan Tangut. Dia dikuburkan di kuburan tanpa nama di suatu tempat di Mongolia pada tempat yang tidak diketahui. Keturunannya memperluas kekuasaan Kekaisaran Mongol ke sepanjang Eurasia dengan menaklukan dan atau membuat negara pengikut dari seluruh Cina modern, Korea, Caucasus, negara-negara Asia Tengah, dan beberapa bagian besar Eropa Timur modern dan juga Timur Tengah.
Dibalik kehebatan kekuatan militernya, Genghis Khan juga memajukan Kekaisaran Mongol dengan cara-cara lain. Ia mendeklarasikan skrip Uyghur sebagai sistem penulisan Kerajaan Mongol. Dia juga meningkatkan toleransi religi di Kekaisaran Mongol, dan menciptakan suatu kekaisaran yang bersatu dari seluruh suku nomaden di Timur Laut Asia. Orang-orang Mongol sekarang sangat menghormatinya sebagai Bapak Pendiri Mongolia.
Analisis Kepemimpinan Genghis Khan
Berdasarkan informasi-informasi yang saya peroleh baik dari TV, internet maupun buku, Genghis Khan termasuk pemimpin yang visioner bila dilihat dari indikator pemimpin visioner, yaitu:
- Dalam kondisi jumlah tentara yang sedikit, Genghis Khan dan tentaranya harus bereksperimen dengan mengubah strategi dan mengandalkan siasat-siasat untuk memecah belah lawannya, sehingga menjadi lebih mudah bagi pasukan Mongol untuk menyerang.
- Dengan menggunakan strategi yang baru dan kondisi tentara yang sedikit itu menunjukkan bahwa Genghis Khan berani mengambil resiko terhadap hasil dari penyerangan, apakah akan berhasil atau tidaknya penyerangan tersebut?
- Genghis Khan pun melanggar kebiasaan karena memperbolehkan para jenderalnya mengambil keputusan sendiri ketika mereka berangkat dalam operasi jauh dari Ibukota Kekaisaran Mongol. Selain itu, Genghis Khan mendelegasikan kekuasaan berdasarkan pada jasa dan kesetiaan, dan tidak mementingkan ras dan etnis dalam mengelola administrasi wilayah. Untuk memperoleh kepatuhan dan mengikuti kode hukumnya, Kode Yassa, Genghis Khan menjanjikan penduduk dan prajuritnya hasil rampasan perang. Genghis Khan juga tidak menyingkirkan prajurit-prajurit musuhnya, tetapi ia menempatkan suku-suku yang ditaklukkan tersebut dibawah perlindungannya dan mengintegrasikan anggotanya menjadi anggota sukunya, ia bahkan meminta ibunya mengadopsi anak-anak yatim dari suku-suku taklukannya, membawa mereka masuk ke dalam keluarganya. Inovasi politik ini menginspirasikan loyalitas yang besar atas orang-orang yang ditaklukan itu, membuat Genghis Khan lebih kuat dari setiap kemenangan.
- Genghis Khan juga terbuka bagi semua hal. Hal ini dapat terlihat dengan dipraktikkannya toleransi beragama ke tingkat yang sangat tinggi karena kebudayaan Mongol sendiri telah menganggap bahwa agama merupakan sesuatu yang sangat personal, dan bukan merupakan subjek dari hukum atau intervensi. Hal inilah yang membuat Genghis Khan sangat toleran secara agama, dan tertarik untuk mempelajari filosofi dan pelajaran moral dari agama lainnya. Untuk melakukan itu, ia berkonsultasi dengan Misionaris Kristen, pedagang Muslim, dan juga Biksu Tao Qiu Chuji.
- Ketertarikan Genghis Khan terhadap filosofi dan pelajaran moral dari agama lainnya menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi. Selain dalam hal agama, Genghis Khan juga memiliki keinginan yang sangat kuat dalam mengumpulkan informasi dan keinginan mengerti motivasi lawan-lawannya sehingga ia menggunakan jaringan mata-matanya yang luas dan juga rute sistem Yam untuk memperoleh informasi tersebut. Sistem Yam merupakan sebuah sistem rute pasokan untuk pembawa pesan yang digunakan secara luas dan diperluas oleh Genghis Khan dan juga Khan yang lainnya. Sebuah pos digunakan untuk memberi makanan, perlindungan dan juga kuda segar untuk pembawa pesan tentara Mongol. Genghis Khan memberi perhatian khusus untuk Yam karena tentara Mongol terkenal dapat bergerak dengan sangat cepat, maka pembawa pesan mereka harus lebih cepat lagi, menutupi wilayah 200 - 300 km sehari. Ini digunakan untuk mempercepat proses informasi dan intel.
- Ketika ada sekutunya yang berkhianat, Genghis Khan biasanya sudah mengetahui strategi apa yang akan diterapkan lawannya tersebut untuk melawannya dan akan kemana lawan tersebut meminta bantuan saat terdesak. Dengan berpikir secara intuitif, Genghis Khan dapat memenangkan peperangan dengan mantan sekutu-sekutunya dan memperluas daerah kekuasaannya.
Bila dilihat dari syarat-syarat pemimpin visioner, Genghis Khan juga termasuk dalam kategori pemimpin yang visioner, yaitu:
- Genghis Khan (Temüjin) memiliki visi menyatukan seluruh konfederasi Mongol yang terpecah menjadi Naiman, Merkit, Uyghur, Tatar, Mongol, dan Kerait. Setelah melalui perjuangan yang panjang bersatulah konfederasi Mongol yang menyebabkan perdamaian dari suku-suku yang berperang dan menjadikan Mongol bangsa yang bersatu secara politik dan militer dibawah Genghis Khan. Saat ini ditandai dengan diangkatnya Temüjin sebagai Genghis Khan.
- Genghis Khan juga memiliki kemampuan kerja keras. Hal ini dapat diketahui dari perjuangannya mencapai kekuasaan yang dimulai dari nol. Saat ayahnya diracuni oleh musuh ayahnya, Genghis Khan bersama ibu dan saudara-saudaranya ditinggalkan oleh sekutu-sekutu ayahnya, shingga Genghis Khan dan keluarganya harus bertahan hidup dengan sangat sulit. Dalam perjalanan hidupnya, ibunya mengajarkan tentang suhu politik di Mongol yang tidak stabil sehingga untuk mendapat aliansi harus dilakukan melalui pernikahan. Dan selama mengamati suhu politik tersebut, Genghis Khan memulai mencari sekutu dengan menjadi pengikut dari sekutu ayahnya. Seiring berjalannya waktu, Genghis Khan mendapatkan pengikut-pengikut yang loyal hal ini karena inovasi yang dilakukan Genghis Khan selama melakukan perang yang membuatnya semakin kuat setelah memenangkan peperangan. Hal ini disebabkan oleh kerja keras Genghis Khan dalam merangkul anggota suku yang telah dikalahkannya.
- Dalam perjalanan kekuasaannya seringkali sekutunya berkhianat, akan tetapi Genghis Khan berusaha dengan tekun dan tabah menghadapainya, bahkan ia menawarkan kesempatan kedua untuk merangkul sekutunya kembali ke sisinya. Akan tetapi, dengan harga diri yang tinggi seringkali sekutu yang berkhianat tersebut memilih untuk mati dengan mulia (dengan mematahkan tulang punggung) dibandingkan untuk menjadi sekutu kembali. Hal ini disebabkan masyarakat Mongol sangat hormat dan taat pada budaya Mongol.
- Genghis Khan juga sangat disiplin. Hal ini dapat diketahui dari penyerangan yang dilakukan pada Kekaisaran Khwarezmia. Dalam penyerangan tersebut, Genghis Khan membagi 3 kelompok untuk menyerang, kelompok pertama menyerang dari Timur Laut Khwarezmia, kelompok kedua menyerang dari Tenggara Khwarzemia, dan kelompok ketiga menyerang dari Barat Laut Khwarzemia. Agar serangan dapat berhasil tentu setiap kelompok harus tepat waktu tiba di masing-masing pos, dan untuk itu diperlukan kedisiplinan para jenderal dalam mengorganisasi para prajuritnya.
- Genghis Khan juga memiliki sikap kepelayanan yang terlihat dari tidak disingkirkannya prajurit-prajurit musuhnya, tetapi ia menempatkan suku-suku yang ditaklukkan tersebut dibawah perlindungannya dan mengintegrasikan anggotanya menjadi anggota sukunya, ia bahkan meminta ibunya mengadopsi anak-anak yatim dari suku-suku taklukannya, membawa mereka masuk ke dalam keluarganya. Ia juga mempraktikkan toleransi beragama ke tingkat yang sangat tinggi karena kebudayaan Mongol sendiri telah menganggap bahwa agama merupakan sesuatu yang sangat personal, dan bukan merupakan subjek dari hukum atau intervensi. Selain itu, ia juga selalu memberi kesempatan kedua bagi orang-orang yang telah berkhianat atau menolak bekerja sama dengannya.
Sedangkan, untuk tipe kepemimpinan Genghis Khan, menurut saya adalah tipe Laissez Faire karena sesuai dengan indikator-indikatornya. Genghis Khan mengumpulkan sekutu-sekutu yang siap mendukungnya mencapai tujuan serta memiliki loyalitas yang tinggi. Loyalitas ini terbentuk berkat inovasi-inovasi politik yang diterapkan Genghis Khan, sehingga membuat Genghis Khan lebih kuat dari setiap kemenangan. Dengan menerapkan Kode Yassa, para penduduk dan prajurit akan patuh dan mengikuti kode hokum tersebut, serta siap berperang karena Genghis Khan menjanjikan penduduk dan prajuritnya hasil rampasan perang. Genghis Khan dan masyarakat Mongol lainnya sangat hormat dan taat pada budaya Mongol. Hal ini merupakan nilai lebih bagi mereka, karena ada norma-norma yang tidak boleh dilanggar oleh masing-masing orang yang merupakan jati diri bangsa. Genghis Khan juga memperbolehkan jenderal-jenderalnya mengambil keputusan sendiri ketika mereka berangkat dalam operasi jauh dari Ibukota Kekaisaran Mongol. Genghis Khan pun mengharapkan loyalitas tanpa batas dari jendral-jendralnya, dan memberikan mereka otonomi yang luas dalam mengambil keputusan dalam memimpin.
Sekian analisis dari saya.
Yang lain silahkan posting juga analisis kalian tentang kepemimpinan tokoh yang kalian anggap pantas.
Trima Kasih